Cara analisa forex dengan chart pattern
Saat ini banyak metode analisa teknikal yang bertebaran di internet secara gratis, bisa dibilang analisa dengan Chart Pattern adalah teknik membaca pergerakan harga pasar paling akurat dan sederhana. Akurasinya lebih tinggi daripada pola-pola candlestick tradisional, karena memperhitungkan lebih banyak formasi candlestick. Akan tetapi, Chart Pattern tetap sederhana karena Anda tidak perlu menggunakan apa-apa selain grafik harga itu sendiri.
Masalahnya, belum banyak trader pemula mengetahui pengertian Chart Pattern karena mereka masih bergantung pada indikator sebagai sinyal trading. Padahal, sebagian besar indikator diturunkan dari pergerakan harga pada chart itu sendiri. Logikanya, bila Anda bisa melihat langsung dinamika pasar dengan mata telanjang, buat apa repot-repot pasang tumpukan indikator?
Apa Itu Chart Pattern?
Dalam Bahasa Indonesia, arti Chart Pattern adalah pola-pola formasi pergerakan pada grafik harga. Sekilas, dari pengertian ini berarti Anda akan mengamati formasi-formasi harga sebagai petunjuk untuk mengeksekusi Market Order, entah itu Buy atau Sell.
Chart Pattern adalah suatu pola grafik harga yang terjadi secara berulang, sehingga polanya bisa digunakan untuk memprediksi kemana harga akan bergerak. Chart Pattern sangat penting dalam analisa teknikal, karena selain bisa mendeteksi arah harga, pola ini juga bisa diamati di semua timeframe, mulai dari menitan hingga bulanan.
Contohnya seperti ini:
Jika dicermati, ada sebuah pola harga yang terbentuk pada chart di atas. Harga terlihat berulang kali mencoba mendaki, tapi berkali-kali memantul saat mencapai puncaknya di sekitar area Resistance.
Setelah dua kali berusaha mencapai puncak, harga membentuk pola Double Top. Dari situ, harga terjun ratusan pip hingga beberapa hari kemudian. Wah, seandainya Anda pasang posisi Sell dari sinyal trading pola harga tadi, bisa terlihat jelas potensi keuntungannya.
Sekali lagi perlu digaris bawahi, daya tarik utama dari analisa Chart Pattern adalah kemunculan berulang dari formasi-formasi harga tertentu. Jadi, suatu formasi harga dapat muncul secara berkali-kali dalam satu pair ber-timeframe sama atau berbeda.
Catat juga, bahwa reaksi pasar tidak selalu sama terhadap satu pola tertentu. Karena, semakin jelas terbentuknya suatu pola harga, semakin kuat pula sentimen pasar terhadap pola harga tersebut. Misalnya, meskipun secara textbook suatu pola diajarkan memiliki kemungkinan besar untuk memprediksikan harga ke satu arah saja, tapi dalam kenyataannya ada pemain pasar justru memanfaatkan pola harga untuk menjebak pemain-pemain Forex pemula.
Yah, penjelasannya memang panjang dan rumit kalau kita harus mempersiapkan semua skenario trading. Tapi bukan itu inti dari artikel ini. Kita hanya akan membahas dasar-dasarnya saja supaya Anda dapat memahami, kenapa pengertian Chart Pattern penting untuk dipelajari.
Contoh di atas tadi hanyalah salah satu dari sekian banyak Chart Pattern. Masih banyak lagi pola-pola harga menguntungkan yang perlu Anda ketahui.
Ragam Chart Pattern
Sudah pernah dengar istilah Triangle? Atau Head & Shoulder? Atau malah belum pernah sama sekali? Memang, pengertian Chart Pattern bermacam-macam. Supaya mudah diingat, Chart Pattern umumnya dikategorikan menjadi dua macam:
A. Reversal Pattern (pola pembalikan arah)
Pola harga ini memberikan sinyal bahwa harga memiliki kemungkinan besar untuk berbalik arah dari tren utama sebelumnya. Artinya, pola-pola harga dalam kategori ini dapat memberikan sinyal awal kapan Anda dapat menjual di titik harga tertinggi atau membeli di level harga terendah. Sangat menguntungkan, bukan?
Double Top dan Double Bottom
Pola harga ini termasuk salah satu pola harga dengan frekuensi kemunculan tertinggi, karena formasinya mudah dikenali. Formasi Double Top mengindikasikan bahwa harga cenderung melambat ketika sudah mencapai puncaknya.
Double Top adalah versi Bearish-nya, sedangkan untuk versi Bullish-nya adalah Double Bottom.
Triple Top dan Triple Bottom
Pola harga ini merupakan varian dari pola harga sebelumnya. Bedanya, akurasi dari pola ini sedikit lebih tinggi karena harga menunjukkan reaksi kuat pada titik Resistance atau Supportnya.
Head And Shoulder
Shoulder pertama dan kedua ukurannya lebih kecil daripada kepala sebagai indikasi dari pelemahan momentum untuk mempertahankan harga ke titik tertingginya (Head). Begitu harga mulai tampak menembus neckline, Anda dapat mengeksekusi order Sell.
Pola Head And Shoulder juga memiliki versi Bullish-nya, yaitu Inverted Head And Shoulder.
Falling Wedge
Pengertian Chart Pattern ini cukup sederhana; jika harga sudah mulai tampak mengerucut ke bawah berarti ada potensi bahwa harga akan berbalik mendaki. Falling Wedge juga sering muncul pada grafik harga.
Rounding Bottom
Dibanding pola reversal lainnya, pola satu ini cukup jarang ditemui. Alasannya, formasi Rounding Bottom membutuhkan banyak candlestick, sehingga bisa dipastikan pola harga ini didesain untuk trading jangka panjang.
Bump And Run
Chart Pattern ini sebenarnya juga lumayan sering bermunculan pada chart. Hanya saja, masih belum banyak orang mengenali pola ini. Padahal, formasinya sederhana dan cukup menjanjikan.
B. Continuation Pattern (pola penerusan trend)
Berbeda dengan pola-pola Chart Pattern Reversal, kali ini pola harga memberikan aba-aba bahwa trend masih akan berlanjut meskipun sempat berbalik arah. Hal ini cukup lazim terjadi terutama karena pergerakan pasar sering mengalami retracement.
Flag
Sekilas, formasi harga dari pola ini mirip dengan tool Trendline Channel. Memang betul, pola Flag dan Channel Trend sering digunakan trader untuk mengawasi potensi breakout dari batas Resistance atau Support (garis diagonal).
Pennant
Pola Pennant menyorot potensi pergerakan harga untuk menembus harga setelah periode konsolidasi. Sekilas pola ini mirip dengan pola Wedges, tapi letak perbedaannya adalah derajat kemiringannya. Pola Wedge akan condong ke salah satu arah, sedangkan Pola Pennant nyaris simetris.
Symmetrical Triangle
Pola ini juga tampak nyaris serupa dengan pola Pennant, jadi apa bedanya? Perbandingannya, pola ini biasanya membutuhkan lebih banyak candlestick untuk menyelesaikan formasinya. Umpamanya Pennant bisa terbentuk dari beberapa candle saja, maka pola Symmetrical Triangle bisa memakan dua kali total candle untuk menyelesaikan formasinya.
Kedua, dibanding pola Pennant, pola ini bisa dibilang lebih "plin-plan", karena harga bisa saja breakout ke atas atau ke bawah.
Ascending Triangle
Perhatikan perbedaan Chart Pattern ini dengan pola segitiga sama sisi sebelumnya. Pada pola Ascending Triangle, harga mengerucut ke atas, tapi terus terbentur pada kisaran Resistance yang sama. Begitu harga menembus Resistance, muncullah sinyal Buy kuat.
Descending Triangle
Bila Ascending Triangle menyiratkan sinyal Buy. Sebaliknya, pola Descending Triangle mengindikasikan peluang jual setelah harga menembus Support.
Rectangle
Nah, kalau harga bolak-balik memantul, jadi belum jelas mana Top dan Bottomnya, bisa jadi Anda sedang menemui pola harga Rectangle.
Cup With Handle
Anda haus profit? Legakan dahaga dengan meminum sari keuntungan dari Chart Pattern dengan bentuk mirip cangkir ini. Pola harga ini bentuknya mirip dengan Rounding Bottom, tapi letak perbedaannya adalah adanya konsolidasi harga pada "pegangan"-nya.
Kelebihan Dan kekurangan Price Pattern
Tentu saja, seperti metode-metode lainnya, analisa teknikal menggunakan Chart Pattern punya kelebihan dan kekurangan.
a. Keunggulan Chart Pattern
Analisa teknikal dengan mengamati formasi harga memiliki kelebihan utama dari sisi kepraktisan dan kesederhanaannya. Jadi, kalau dulunya Anda hanya mengandalkan setumpuk Indikator untuk mendapat sinyal trading, sekarang Anda bisa membersihkan tampilan chart dengan menyeleksi formasi-formasi harga berakurasi tinggi saja.
Mengenai akurasi, Chart Pattern memang dikenal subyektif. Namun jika sudah dikuasai, Anda dapat membuat keputusan trading dengan cepat hanya melalui observasi terbentuknya pola-pola harga tertentu. Idealnya, metode ini efektif digunakan oleh para trader dengan keinginan untuk menyaring peluang trading pada pair dan Timeframe apapun, dengan proses analisa cepat.
Contohnya kasusnya akan lebih mudah dibayangkan dengan ilustrasi skenario trading harian:
Anton adalah seorang trader pemula, dia hanya mengandalkan sinyal trading dari sekumpulan indikator konvensional seperti MACD, RSI, Bollinger Band, dan sejenisnya. Sayangnya, karena dia terlalu bergantung pada indikator-indikator tersebut – sedangkan setiap indikator punya persyaratan sendiri-sendiri – dia hanya mampu bertrading di segelintir Pair Mayor saja.
Bedakan dengan Budi. Dia sudah berpengalaman menggunakan analisa teknikal murni dengan mencermati pola-pola harga. Karena dia sudah tidak memerlukan bantuan indikator, dia dapat menyisir sekumpulan pasangan mata, mulai dari Mayor, Minor, Cross sampai Komoditas seperti Oil dan Gold untuk menemukan peluang trading terbaik.
b. Kelemahan Chart Pattern
Sayangnya, kelemahan terbesar analisa teknikal dengan pola-pola harga adalah subyektivitasnya. Antara satu trader dengan trader lainnya dapat saja berangkat dari pengertian Chart Pattern berbeda-beda, meskipun pair, timeframe sampai brokernya juga sama persis. Jangan heran kalau satu trader mendapat sinyal Buy, tapi trader lainnya malah dapat sinyal sebaliknya pada chart yang sama.
Masalahnya baru terjadi jika Anda menggunakan referensi pola harga dari trader lain sebagai acuan trading tanpa mempertimbangkan sistem trading pribadi.
Pertama, pola-pola harga tertentu membutuhkan waktu holding lama, misalnya seperti Rounding Bottom yang umumnya ditujukan untuk trading jangka panjang. Bayangkan saja kalau Anda adalah Scalper, akumulasi floating minus bisa saja membuat Anda menutup posisi lebih awal sebelum harga berbalik arah kembali.
Kedua, akurasi pola harga bergantung dari disiplin dalam menuruti kriteria pembentukan pola harga tertentu. Ada beberapa trader lebih menyukai teknik identifikasi Chart Pattern secara bebas, jadi ada beberapa persyaratan agak melenceng dari posisi seharusnya. Tujuannya supaya dia mendapat sinyal lebih cepat dengan mengorbankan tingkat akurasi.
Ketiga, masih berkenaan dengan akurasi, sinyal Chart Pattern dapat dikombinasikan dengan indikator pendukung untuk meningkatkan kualitasnya. Hanya saja perlu diingat, menambahkan tumpukan indikator tidak serta merta menjadikan akurasi sinyal Chart Pattern menjadi 100%.
Apakah Strategi Trading Menggunakan Chart Pattern Cocok Untuk Anda?
Mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan Chart Pattern di atas, analisa teknikal menggunakan teknik subyektif ini bisa jadi cocok bagi Anda jika:
A. Anda menyadari bahwa sinyal trading masih beresiko gagal. Maksudnya, Anda paham bahwa tidak ada sinyal yang bisa menjamin keberhasilan 100%. Dalam hal ini, Anda perlu mengaplikasikan money managerment untuk mengontrol resiko kegagalan, supaya total keuntungan lebih besar dari akumulasi kerugian.
B. Anda mengutamakan kecepatan dan fleksibilitas. Proses identifikasi Chart Pattern dapat dilakukan dengan cepat pada sekumpulan mata uang untuk menemukan peluang trading terbaik. Bebas pada timeframe apapun.
Sebaliknya, jangan paksakan strategi trading dengan mengamati formasi harga pada chart kalau Anda tidak menyukai subyektivitas dari pengertian Chart Pattern. Bagi sebagian trader, analisa teknikal menggunakan indikator dari perhitungan matematis (seperti MACD, RSI, dan Bollinger Bands) akan lebih baik karena indikator tersebut lebih obyektif.
Rekomendasi Broker Untuk trading Forex kunjungi www.brokermonex.com
Sumber informasi ini www.batamtrader.com